Palembang, MetroSumsel.com Mengantisipasi pengelolaan lahan gambut yang semena-mena oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, Gubernur Sumsel Herman Deru berinisiatif membuatkan Perda khusus.
Hal ini diungkapkan Herman Deru saat membuka Rapat Koordinasi Pelaksanaan Restorasi Gambut Provinsi Sumsel TA 2018, di The Zuri Hotel, Senin (29/10).
” Kita punya kontribusi pada kerusakan gambut dan rawa karena pemanfaatan yang kita lakukan beda dengan nenek moyang kita dulu. Agar kita bisa memanfaatkan gambut dengan cara terhormat saya akan buatkan Perda yang mengatur pemanfatan lahan gambut,” ujarnya.
Herman Deru menuturkan, Perda ini penting agar rawa yang identik dengan lahan gambut di Sumsel bisa dikelola secara terhormat. Diapun optimis Perda ini akan sangat bermanfaat.
“Sewaktu jadi Bupati saya satu-satunya Bupati yang mendapat Bintang Jasa Pratama dari Presiden karena membuat Perda alih fungsi. Bukan ingin mendapat pujian tapi inilah wujud kecintaan saya pada petani dan alam agar lahan gambut tidak semena-mena dikelola jadi tempat bisnis,” katanya.
Herman Deru nenjelaskan, Sumsel sebagai daerah penghasil pangan jelas membutuhkan ekstensifikasi dan ini tentu menambah fungsi rawa yang banyak di Sumsel mencapai 1.4 juta hektare. Untuk itu HD berharap masyarakat bijak dalam mengelola lahan gambut.
“Harus dikelola dengan penuh kasih sayang jangan dibakar. Solusinya ya harus berikan peralatan pada petani untuk membuka lahan. Apa yang dibutuhkan kabupaten kota bisa kita bantu karena lebih baik kita menjaga daripada memadamkan,” jelasnya.
Herman Deru bercerita paskah dilantik 1 Oktober lalu di Jakarta, dia sempat bertemu dengan Kepala Badan Restorasi Gambut, Nazir Fuad untuk menggelar pertemuan khusus daerah yang wilayahnya ada gambut.
“Ternyata pemikiran kita berdua sama, ini wujud komitmen kita atas ciptaan Allah yang harus dipelihara ada rawa, gunung, laut, darat, rawa dan gambut yang bermanfaat bagi ekosistem,” ungkapnya.
Herman Deru mengungakapkan, Sumsel diketahui memang memiliki lahan gambut yang besar mencapai 1,5 juta ha atau 10 % dari lahan gambut yang ada di Indonesia.
Selama ini sejak zaman nenek moyang kehidupan masyarakat sangat tergantung dengan rawa. Namun disayangkan generasi saat ini kata HD cenderung kurang perhatian terhadap pertahanan perluasan rawa yang berakibat pada banjir.
“Semoga restorasi ini dapat berjalan. Agar rawa yang identik dengan gambut ini bisa dikelola sesegera mungkin,” ucapnya.
Sementara itu Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Fuad mengatakan, untuk negara tropis, Indonesia termasuk paling tinggi target restorasi gambut mencapai 2 juta hekare setiap tahun.
Demikian hal nya provinsi Sumsel diakuinya memiliki serapan paling tinggi dibandingkan Provinsi lain di Kalimantan dan Sumatera.
“Indonesia sering dipuji para pemimpin dunia tentang pengelolaan lingkungan termasuk restorasi gambut. Ini berkat perjuangan bersama termasuk provinsi Sumsel buktinya tingkat hot spot berkurang mendekati 90 persen,” jelasnya.
Sementara itu Ketua Tim Restorasi Gambut (TRG) Provinsi Sumsel DR Najib Asmani berharap, rapat koordinasi Badan Restorasi Gambut dapat memberikan manfaat besar bagi pengelolaan gambut kedepan.
” Rapat kali ini mengambil tema Restorasi Gambut Mendukung Kedaulatan Pangan Berkelanjutan,” ujarnya.
Pihaknya kata Najib juga siap mendukung visi misi Gubernur Sumsel yang bertujuan membawa Sumsel Maju untuk Semua dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
” Target restorasi kita ada ratusan hektare lahan gambut. Dan ini mencakup 7 kabupaten yang memiliki lahan gambut di antaranya Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir (OI), Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Pali, Kabupaten Mura dan beberapa kabupaten lain,” pungkasnya. (Ud)