Metrosumsel.com,Palembang – Gubernur Sumsel Herman Deru mengungkapkan keprihatianannya atas minimnya jumlah dokter anastesi yang ada di Sumsel. Hal itu disampaikannya saat menerima audiensi Panpel 6th National Meeting Indonesian Society of Anesthesiology for Pain Management, Senin (31/12) di ruang tamu gubernur.
“Sejak saya jadi Bupati kekurangan dokter anastesi ini sudah jadi masalah. Makanya jika nanti ada workshop dan simposium, masalah ini harus jadi tema yang dibahas,” ujar HD.
Menurut HD, selama ini untuk menutup kebutuhan tersebut pihak rumah sakit atau pun dokter hanya menempatkan seorang asisten saja di daerah. Hal ini tentu saja mengganggu pelayanan kesehatan yang dibutuhkan warga.
“Kalau sekedar sunat dan lainnya tidak masalah. Tapi bagaimana kalau ada orang mau operasi. Ini tidak main-main karena urusannya nyawa seseorang,” tambahnya.
Melalui workshop atau simposium itu nanti HD berharap kekurangan dokter anastesi ini dapat teratasi dan ditemukan solusinya. Untuk itu sebagai Gubernur ia mengaku terbuka mengenai apa-apa saja yang bisa dikerjasamakan untuk mengatasi hal tersebut. Termasuk misalnya mengimbau setiap kepala daerah di kab kota untuk menyiapkan beasiswa bagi putra putri daerah untuk sekolah spesialis anastesi.
” Kita harus bikin terobosan agar masalah ini tidak sampai merugikan profesi dokter itu sendiri,” jelasnya.
Selain itu karena tugasnya yang sangat mulia, mantan Bupati OKUT itu juga berpesan agar profesi ini tidak dipolitisasi. Apalagi jika dokter yang bersangkutan ada hubungan keluarga dengan pejabat di daerah.
“Profesi ini mulia jadi jangan pernah dicampur adukkan,” ujarnya.
Untuk merangsang minat putra daerah menjadi dokter anastesi, HD mengaku akan segera merumuskan formula bersama kepala daerah kab kota se Sumsel. “Daerah harus berani sekolahkan. Itu solusinya. Bila perlu kita biayai. Saya ingin hasil meeting ini nanti dilaporkan ke saya. Kita akan lihat apa yang bisa dikerjasamakan, ” kata HD.
Sementara itu Ketua Indonesia Society of Anesthesiology for Pain Management dr.Rizal Zainal SpAn.,FIPM mengatakan maksud kedatangan mereka kali ini adalah mengundang Gubernur Sumsel pada 6th National Meeting Indonesian Society of Anesthesiology for Pain Management 20-23 Maret 2019 mendatang di Hotel Novotel.Palembang.
Selain workshop, kegiatan yang akan diikuti 600-800 dokter anastesi se Indonesia itu juga akan diisi dengan simposium. Pertemuan nasional ini merupakan yang ke-enam dilaksanakan dan Palembang ditunjuk jadi tuan rumah.
” Rencananya akan asa perwakilan dari Kementerian Kesehatan, Dinkes provinsi pihak akreditasi nasional bahkan BPJS juga kita undang,” ujar dr.Rizal.
Terkait keprihatinan Gubernur, Rizal pun membenarkan. Menurutnya pertumbuhan jumlah dokter kandungan, bedah dan anastesi tidak seimbang. Sehingga penempatannya yang tidak merata, bahkan tak jarang dokter anastesi tidak ada sama sekali di suatu kabupaten.
” Penyebarannya masih terkonsentrasi di pulau Jawa. Di sana satu kabupaten bisa ada 3 dokter anastesinya,” jelasnya.(Rill)