PALEMBANG, Metrosumselm.com — Tahun2018 merupakan tahun yang penuh tantangan. Perekonomian global tumbuh tidak merata dan penuh ketidakpastian. Kondisi ini kemungkinan masih akan berlanjut pada tahun 2019 dan tahun berikutnya. Setidaknya ada 3 (tiga) hal penting yang perlu kita cermati. Pertama, pertumbuhan ekonomi dunia yang pada tahun 2018 diperkirakan sekitar 3,73% (yoy) kemungkinan akan melandai ke 3,70% (yoy) pada 2019. Ekonomi Amerika Serikat (AS) yang tahun ini tumbuh tinggi diprakirakan akan menurun pada 2019. Ekonomi Uni Eropa dan Tiongkok akan tumbuh melandai dari tahun 2018 ke 2019 (Tabel 1). Perkembangan tersebut mendorong volume perdagangan dan harga komoditas dunia pada level yang rendah dan karenanya menjadi tantangan bagi upaya kita untuk menjadikan ekspor sebagai sumber pertumbuhan ekonomi nasional. Kedua, kenaikan suku bunga bank sentral AS, the Fed, akan diikuti oleh normalisasi kebijakan moneter di Eropa dan sejumlah negara maju lainnya. Meningkatnya tekanan inflasi dan aktivitas ekonomi yang semakin kuat telah menyebabkan stance kebijakan moneter AS yang semakin ketat. Setelah menaikkan Fed-Fund Rate (FFR) sebanyak empat kali sebesar 100 basis point pada tahun ini, the Fed AS kemungkinan akan menaikkan lagi suku bunganya 3 kali sebesar 75 basis point pada 2019. Ketiga, ketidakpastian di pasar keuangan global mendorong tingginya premi risiko investasi ke negara Emerging Markets. Pada awal tahun 2018 kita dikejutkan dengan munculnya ketegangan perdagangan yang dilancarkan Pemerintah AS terhadap sejumlah negara terutama kepada Tiongkok.
Di tengah perkembangan ekonomi global yang tidak kondusif tersebut, kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2018 cukup baik dengan stabilitas yang tetap terjaga dan momentum pertumbuhan yang berlanjut. Pertumbuhan ekonomi kami perkirakan mencapai sekitar 5,1%(yoy). Pertumbuhan tersebut didukung oleh permintaan domestik yang meningkat sebesar 5,5%(yoy), investasi tumbuh kuat ke 6,8% (yoy) dan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tumbuh relatif tinggi yaiut sebesar 5,25% (yoy). Pertumbuhan yang positif ini didukung oleh terjaganya daya beli dan meningkatnya program social pemerintah. Dari sisi perdagangan internasional, ekspor secara riil tumbuh sekitar 6,9% (yoy), namun impor juga tumbuh sebesar 12,3% (yoy) yang menyebabkan permintaan eksternal berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018.
Inflasi sepanjang tahun 2018 tetap rendah dan karenanya mendukung peningkatan daya beli masyarakat. Dengan perkembangan hingga bulan Oktober, inflasi pada akhir tahun 2018 diperkirakan sekitar 3,2%, di bawah titik tengah kisaran sasaran 3,5+1%
Perbaikan kinerja perekonomian nasional disertai oleh upaya penurunan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang aman. Sejumlah kebijakan telah ditempuh, baik dari sisi fiskal, sektor riil, maupun moneter, meskipun masih memerlukan waktu untuk membuahkan hasil yang nyata. Stabilitas sistem keuangan terjaga ditopang oleh permodalan perbankan yang kuat, risiko kredit yang terkendali, meningkatnya penyaluran kredit, dan likuiditas yang cukup.
Ke depan, prospek ekonomi Indonesia akan semakin membaik dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dan stabilitas yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 diperkirakan tetap meningkat hingga mencapai kisaran 5,0-5,4% (yoy) yang didukung oleh tetap kuatnya permintaan domestik baik konsumsi maupun investasi, sementara kinerja net ekspor membaik dengan berlanjutnya peningkatan ekspor dan menurunnya pertumbuhan impor.
Inflasi 2019 tetap terkendali pada kisaran sasaran 3,5+1% dengan terjaganya tekanan harga dari sisi permintaan, volatile foods dan administered prices, ekspektasi inflasi, dan stabilnya nilai tukar Rupiah. Defisit transaksi berjalan 2019 akan turun menjadi sekitar 2,5% dari PDB dengan langkah-langkah pengendalian impor serta peningkatan ekspor dan pariwisata
Arah Bauran Kebijakan Bank Indonesia 2019
Dengan kondisi perekonomian global yang belum kondusif, bauran kebijakan Bank Indonesia yang telah ditempuh pada 2018 akan semakin diperkuat pada tahun 2019 mendatang. Kebijakan moneter akan tetap difokuskan pada stabilitas, khususnya pengendalian inflasi sesuai sasaran 3,5+1% dan stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai fundamentalnya. Sementara itu, kebijakan yang akomodatif akan terus ditempuh dan diperluas di bidang makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar keuangan, serta pengembangan ekonomi keuangan syariah untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi ke depan.
Stance kebijakan moneter yang pre-emptive dan ahead-the-curve akan dipertahankan pada tahun 2019. Kebijakan suku bunga akan terus dikalibrasi sesuai perkembangan ekonomi domestik dan global untuk memastikan inflasi terkendali sesuai sasaran dan nilai tukar Rupiah stabil sesuai fundamentalnya
Kebijakan makroprudensial yang akomodatif akan ditempuh untuk mendorong intermediasi perbankan dalam pembiayaan ekonomi. Kebijakan makroprudensial yang akomodatif juga akan ditempuh untuk penguatan intermediasi perbankan dalam mendukung pengembangan UMKM dan sektor prioritas, antara lain ekspor dan pariwisata, melalui penyempurnaan rasio pembiayaan UMKM dan pengembangan rasio pembiayaan sektor prioritas
Kebijakan sistem pembayaran akan terus dikembangkan untuk kelancaran, efisiensi, dan keamanan transaksi pembayaran nontunai maupun tunai, termasuk dalam mendukung ekonomi dan keuangan digital. Pada sistem pembayaran nontunai, pengembangan infrastruktur, instrumen, dan mekanisme penyelenggaraan akan terus dilakukan baik dari sisi wholesale maupun ritel.
Kami akan terus mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, baik melalui program-program Bank Indonesia maupun sebagai bagian program Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS). Kami meyakini bahwa pengembangan ekonomi syariah dapat menjadi sumber pertumbuhan baru ekonomi Indonesia, sekaligus mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain.
Program-program pengembangan UMKM akan kami perluas dan difokuskan pada pengendalian inflasi dan penurunan defisit transaksi berjalan. Keberhasilan pengembangan klaster UMKM untuk komoditas pangan strategis di berbagai daerah, seperti beras, cabai merah, bawang merah, bawang putih, dan sapi, akan diperluas untuk mendukung pengendalian inflasi. Demikian pula, pengembangan klaster UMKM di bidang kerajinan seperti batik dan industri rumah tangga sesuai keunikan budaya daerah maupun di sektor pertanian seperti kopi terus ditingkatkan dan diarahkan untuk ekspor dan pariwisata.
Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan
Perekonomian Sumatera Selatan terus menunjukkan peningkatan yang kuat sejak tahun 2017 hingga tahun 2018. Pada triwulan III 2018, ekonomi Sumatera Selatan mencapai 6,14% (yoy) atau tertinggi selama lima tahun terakhir. Capaian tersebut juga tercatat berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional triwulan III 2018 yang tumbuh sebesar 5,17% (yoy).
Dari sisi pengeluaran, penguatan ekonomi Sumatera Selatan terutama disebabkan oleh penguatan konsumsi rumah tangga, ekspor, dan investasi. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga triwulan III 2018 tercatat tumbuh sebesar 4,27% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 2,08% (yoy). Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga tidak terlepas dari membaiknya kinerja ekspor di tahun 2018. Perbaikan harga komoditas batubara yang mencapai 37,01% (yoy) secara langsung berdampak pada nilai penjualan ekspor yang pada triwulan III 2018 tercatat sebesar 17,27% (yoy. Di tahun 2018, investasi memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja perekonomian Sumatera Selatan. Pembangunan proyek strategis nasional, serta proyek pembangunan infrastruktur pendukung Asian Games XVIII di tahun 2018 memberikan dampak yang besar terhadap kinerja perekonomian Sumatera Selatan terutama di semester I 2018. Selain itu, investasi yang dilakukan oleh korporasi di Sumatera Selatan berupa pabrik dan bangunan turut mendorong kinerja perekonomian daerah. Di sisi lain, pembangunan venue serta kegiatan pendukung pelaksanaan Asian games XVIII turut mendorong realisasi konsumsi pemerintah yang pada triwulan III 2018 tumbuh sebesar 15,40% (yoy).
Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan
Laju inflasi Sumatera Selatan pada November 2018 tercatat sebesar 1,83% (ytd) atau 2,47% (yoy), lebih rendah dibandingkan nasional sebesar 2,50 (ytd) atau 3,23% (yoy). Capaian inflasi November 2018 Sumatera Selatan tercatat terendah selama tahun 2018 dan sedikit berada di bawah rentang target inflasi nasional 3,5±1% (yoy). Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) bersama Satgas Pangan terus dioptimalkan dengan fokus utama menjaga ketersediaan dan distribusi bahan pangan strategis serta mendukung percepatan pembangunan infrastruktur logistik pangan dan terus mendorong ketahanan pangan daerah.
Upaya daerah membantu perbaikan Current Account Defisit (CAD) melalui akselerasi industri hilir serta perbaikan sektor pariwisata yang didukung oleh UMKM Provinsi Sumatera Selatan
Peningkatan ekspor perlu dilakukan melalui pengembangan industri hilir yang menyasar pada peningkatan nilai produk yang memberikan nilai tambah tinggi sehingga berdampak kepada neraca perdagangan. Program Strategis Nasional yaitu pengembangan Tanjung Api-Api perlu terus diperjuangkan sebagai jalan peningkatan ekspor Sumatera Selatan. ,
Berdasarkan identifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baru sektor pariwisata merupakan sektor yang secara langsung dapat menambah pemasukan devisa melalui konsumsi wisatawan mancanegara. Kantor Perwakilan Bank Indonesia dalam hal ini berupaya untuk mengembangkan industri kreatif kain khas Sumatera Selatan yaitu songket, jumputan, blongsong, dan tajung. Produk UMKM tersebut kemudian dipasarkan melalui Galeri Kain Tuan Kentang yang di tahun 2018 telah berada pada tahap akhir yaitu sebagai galeri dan destinasi wisata baru. Bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan, KPw Bank Indonesia mengembangan wisata sungai “Must See Musi: The River of Civilization” yang terintegrasi dengan beberapa destinasi wisata di Sungai Musi antara lain Benteng Kuto Besak, Rumah Kopi, Pulau Kemaro, Kampung Arab Al Munawwar, dan Galeri Kain Tuan Kentang. Harapannya, pengembangan destinasi wisata terus dilakukan tidak hanya oleh pemerintah, namun pihak swasta dan seluruh elemen masyarakat di Sumatera Selatan.
Program Sistem Pembayaran Non-Tunai, elektronifikasi transaksi Pemerintah Daerah, Moda Transportasi dan Kampanye Gerbang Pembayaran Nasional.
Dalam rangka mendorong kelancaran, efisiensi dan keamanan sistem pembayaran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan secara aktif terus mendorong implementasi transaksi non tunai maupun elektronifikasi di daerah. Pada 29 Juli 2018 dilakukan Kick Off Kampanye GPN bersama perbankan Sumatera Selatan. Untuk elektronifikasi telah dilakukan kerjasama penerapan pembayaran menggunakan uang elektronik pada Tol Palembang-Inderalaya, pemberian Bantuan Pangan Non Tunai, serta dana Bantuan Operasional Sekolah. Selain itu Bank Indonesia juga turut mendorong penerapan elektronifikasi pada e-samsat, e-retribusi, dan Light Rail Transit (LRT).
Pengelolaan Uang Rupiah
Bank Indonesia secara konsisten memastikan pemenuhan uang Rupiah layak edar dalam jumlah yang cukup dan pecahan yang sesuai dan terdistribusi ke seluruh pelosok wilayah NKRI. Kebijakan ini ditempuh dengan tiga strategi utama yaitu: pertama, terus memperkuat sinergi layanan kas dengan berbagai pihak dalam bentuk kas titipan. Kedua, terus memastikan terjaganya pasokan uang Rupiah. Ketiga, terus meninigkatkan kualitas uang Rupiah dan melindungi masyarakat dari risiko uang palsu. Bank Indonesia juga melakukan mengawasan secara rutin terhadap Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) dan Penyelenggaran Transfer Dana (PTD), baik melalui pengawasan langsung maupun pengawasan tidak langsung.
Proyeksi Perekonomian Sumatera Selatan
Mencermati perkembangan ekonomi global, nasional, dan regional Sumsel di 2019 serta tantangan ke depan, perekonomian Sumsel 2019 diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 5,6%-6,0% (yoy), sedikit melambat dibandingkan 2018. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan utamanya disebabkan oleh kondisi eksternal yang menunjukkan pelemahan. Penurunan pertumbuhan ekonomi dunia, masih adanya risiko perang dagang, penurunan perdagangan dunia, serta tren perlambatan pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor utama diperkirakan, menjadi faktor utama perlambatan ekonomi Sumsel. Hal ini diperkirakan berdampak pada kinerja komoditas unggulan Sumatera Selatan yaitu karet, batubara, dan kelapa sawit.
Dari sisi domestik, pembangunan proyek infrastruktur yaitu jalan tol, bendungan, serta jalur kereta api turut menjadi faktor pendorong masih tingginya pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu pelaksanaan Pilpres 2019 diperkirakan akan turut mendorong konsumsi. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan 2019 diperkirakan akan lebih tinggi dari kisaran apabila beberapa proyek strategis seperti Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api dapat segera direalisasikan.
Prospek inflasi Sumatera Selatan 2019 diperkirakan akan terkendali pada rentang 3,5±1% (yoy). Pada 2019, tantangan pengendalian inflasi tetap perlu diwaspadai, beberapa risiko yang dapat mendorong tingkat inflasi tren kenaikan seperti tren kenaikan migas yang dapat menyebabkan kenaikan harga BBM dan tarif angkutan serta secara tidak langsung berdampak pada kenaikan harga komoditas lainnya melalui peningkatan biaya transportasi dan distribusi.
*Rilis Humas Bank Indonesia